PENGARUH TELEVISI TERHADAP KEPRIBADIAN REMAJA

Oleh: Retno Kurniawati, S.Pd.,*)

Perkembangan teknologi berjalan begitu cepat. Berbagai produk mutakhir telah dihasilkan. Seiring dengan perkembangan teknologi berbagai penyimpangan sosial pun terjadi pada remaja yang notabene adalah penerus estafet pembangunan. TV memang bukan satu-satunya media yang perlu diwaspadai. Hp. dan internet juga termasuk media yang perlu diwaspadai. TV menjadi sangat berbahaya karena hampir setiap rumah memiliki TV. Ini jelas berbeda dengan Hp. dan internet. Belum banyak masyarakat yang memiliki Hp. dengan fitur yang lengkap dan belum banyak masyarakat yang bisa mengoperasikan internet. Berbagai tindak kriminalitas akhir-akhir ini banyak disebabkan oleh penyalahgunaan Hp. dan internet juga pengaruh buruk melihat TV maupun VCD.Pada tulisan kali ini penulis akan memfokuskan pada salah satu produk teknologi yang paling merakyat yaitu TV.
SISI POSITIF TV
TV ibarat pisau bermata dua, satu sisi menguntungkan dan sisi lain merugikan. Oleh karena itu pandai-pandailah memilih acara TV agar kita dapat mengambil sisi positifnya. Kita bisa menjadikan TV sebagai sumber informasi melalui tayangan berita. Kita bisa menjadikan TV sebagai penyejuk iman melalui sinetron-sinetron religi dan acara keagamaan. Kita dapat menjadikan TV sebagai inspirasi untuk menghasilkan karya-karya berkualitas, sebagai motivasi untuk maju melalui acara profil tokoh. Kita bisa menjadikan TV sebagai media pengenalan budaya melalui berbagai acara yang menampilkan ragam budaya nasional maupun internasional. Kita pun bisa menjadikan TV sebagai hiburan melalui tayangan hiburan seperti sinetron, kuis, maupun musik.

SISI NEGATIF TV
Dibandingkan dengan media lain, TV termasuk yang paling memasyarakat. Hampir tiap rumah memiliki TV. Stasiun TV swasta pun bermunculan bak cendawan di musim hujan seperti SCTV, Metro TV, JTV, dan RCTI. Remaja bebas memilih channel dan acara yang disukainya hanya dengan menekan remot control. Padahal belum tentu acara yang dilihatnya itu mendidik. Bisa jadi hanya hura-hura dan buang-buang waktu saja seperti acara reality show pencarian bakat yang sering ditayangkan dua TV swasta yang paling digandrungi masyarakat menengah ke bawah. Acara yang berdurasi + 3 jam dengan iklan yang lumayan padat seakan menjadi acara wajib yang selalu dinanti kehadirannya.
Seorang siswa betah berjam-jam melihat TV dan melupakan kewajibannya untuk belajar dan shalat lima waktu. Mereka terbius dengan berbagai acara yang ada di TV. Mungkin mereka baru meninggalkan TV ketika perut keroncongan minta diisi atau kantuk sudah tidak dapat ditahan lagi. Apalagi tidak semua orang tua menyadari dampak negatif TV. Begitu gencarnya TV menayangkan acara yang bisa merusak moral remaja sampai-sampai kita terbiasa menyaksikan acara tersebut tanpa merasa malu, menyesal, atau pun bersalah.
TV telah mengubah gaya hidup seorang remaja. Tayangan di TV yang dilihat terus-menerus akan membekas di hati remaja dan berpengaruh terhadap kepribadiannya. Apa yang ditampilkan aktor/aktris di TV diikuti dengan penuh percaya diri dan bangga oleh para remaja. Mereka tidak menyadari kalau yang mereka lakukan itu suatu kesalahan yang dapat menghancurkan masa depannya. Pergaulan bebas yang ditampilkan dalam sinetron, fashion yang kebarat-baratan yang memperhatikan lekuk tubuh seorang wanita, perilaku konsumtif yang ditampilkan oleh para selebritis, telah meracuni kepribadian para remaja kita.
Dulu pacaran sangat tabu apalagi berciuman dan berpelukan di depan umum. Tapi semua itu dapat dengan mudah kita nikmati pada sinetron-sinetron TV. Bahkan yang lebih dari itu pun ada di TV. Sementara penonton TV tidak hanya remaja dan dewasa, anak-anak pun dengan setia menyaksikan acara tersebut. Apa jadinya generasi muda kita kalau sejak kecil mereka sudah terbiasa melihat acara seperti itu? Tak mengherankan kalau otak mereka telah teracuni dan itu sangat berpengaruh terhadap perilaku mereka sehari-hari. Tak heran kalau ada kasus anak SMP memperkosa anak SD, dan anak SD memperkosa anak TK.Naudzubillahi min dzalik. Begitu dasyatnya pengaruh TV dalam merusak generasi muda.
Siswa sebagai seorang remaja yang tengah mencari jati diri mudah terpengaruh dengan lingkungannya. Ketika menyaksikan berbagai acara di TV remaja seolah menemukan jati dirinya, figur yang layak untuk diteladani yaitu para selebritis yang mewarnai acara TV. Penampilan para selebritis benar-benar menjadi inspirasi para remaja. Baju yang jauh dari kesopanan, gaya hidup permisivisme dan konsumerisme. Gonta-ganti pasangan sudah menjadi hal yang biasa bagi para selebritis. Apalagi dengan kemajuan teknologi, remaja di pelosok pedesaan dengan mudah membeli baju-baju yang mereka inginkan. Oleh karena itu nyaris tidak ada beda antara remaja desa dan remaja kota.
Waktu adalah karunia Allah SWT yang tidak dapat ditukar dengan materi sebesar apapun. Alangkah ruginya jika waktu yang kita miliki kita buang begitu saja untuk menonton TV. Kalau sehari kita melihat TV selama 5 jam. Berapa waktu yang kita buang selama seminggu, sebulan, setahun, bahkan seumur hidup kita? Alangkah ruginya?
Sosok remaja putri yang anggun, santun, dan pemalu yang merupakan tipikal remaja Indonesia sangat sulit kita dapatkan. Yang ada justru remaja yang sudah terpengaruh dengan westernisasi, yang lebih bangga dengan budaya asing daripada budayanya sendiri. Fenomena yang terjadi di masyarakat akhir-akhir ini sungguh mencemaskan dan membuat bulu kuduk kita merinding. Seorang remaja dengan penuh kesadaran menyerahkan keperawanannya kepada laki-laki yang dicintai atau bahkan laki-laki hidung belang. Yang lebih mengerikan lagi tindak amoralnya itu diabadikan lewat ponsel. Bisa jadi kasus-kasus yang sempat dibidik media itu hanya sebagian kecil. Ibarat gunung es, yang terekam media itu hanya puncaknya saja, padahal masih banyak penyimpangan sosial yang terjadi pada masyarakat Indonesia.
Kalau kita perhatikan, acara-acara TV lebih mengutamakan komersial daripada edukatif. Dan rakyatlah sebagai korbannya. Sinetron-sinetron yang tidak mendidik, yang hanya berkisah tentang percintaan justru ratingnya tinggi dan memiliki banyak iklan. Sementara acara-acara yang bagus dan bersifat mendidik justru sepi dari iklan dan otomatis ratingnya rendah. Yang lebih miris lagi acara-acara yang tidak mendidik inilah yang paling dinikmati pemirsa. Jarang remaja yang melihat sinetron religi atau ceramah keagamaan, atau acara-acara berita. Jarang sekali remaja yang tertarik melihat metro TV yang syarat informasi dan pendidikan. Para remaja hafal nama-nama selebritis dalam dan luar negeri termasuk kisah cinta bahkan kabar terbarunya. Mereka juga hafal band-band papan atas Indonesia beserta lagu-lagunya. Mereka menikmati penampilan para komedian yang kadang berbau pornografi. Namun ironisnya nama-nama menteri belum tentu hafal dan materi pelajaran pun tidak ada yang membekas dalam memori. Sungguh sangat memprihatinkan.
TV kita ini latah. Kalau ada TV yang menampilkan reality show pencarian bakat dan ratingnya tinggi maka stasiun TV lain ikut-ikutan. Kalau menampilkan sinetron remaja yang lain ikut-ikutan. Kalau yang satu menyajikan sinetron misteri yang lain ikut-ikutan. Kriminalitas juga menjadi acara wajaib stasiun TV, karena hampir semua stasiun TV menayangkannya. Memang tidak semua TV begitu. Masih ada beberapa stasiun TV yang tetap konsisten sebagai media pendidikan dan sarana memperoleh informasi.

SOLUSI
Solusi yang mungkin klise tapi harus dilakukan adalah orang tua hendaknya mendampingi atau memantau putranya saat melihat TV dan menyarankan agar melihat acara yang mendidik. Sudah tentu dengan alasan yang logis dan dengan konsekuensi orang tua juga tidak boleh melihat dengan alasan apapun. Peran pendidik juga tidak boleh dilupakan, para guru hendaknya memberikan pengarahan kepada siswa tentang dampak negatif dan positif TV agar remaja pandai-pandai memilih acara di TV. Pemerintah melalui KPI (Komisi penyiaran Indonesia) hendaknya benar-benar menyeleksi acara TV jangan sampai acara-acara yang dapat merusak moral generasi muda ditayangkan di TV. Yang tidak kalah penting adalah peningkatan keimanan dan ketakwaan. Tidak ada salahnya pemerintah memberikan buku-buku keagamaan ke perpustakaan sekolah-sekolah agar remaja dapat menambah wawasan sekaligus meningkatkan keimanan melalui buku tersebut.
Nah pembaca, mulai sekarang kita harus lebih selektif dalam menyaksikan acara di TV. Mari kita pergunakan waktu yang kita miliki untuk hal-hal yang positif , sebagai wujud rasa syukur atas nikmat sehat dan nikmat usia yang dikaruniakan Allah swt kepada kita.
Penulis adalah Guru SMAN 1 Padangan

Oleh: Retno Kurniawati, S.Pd.,*)
Share this article :

Posting Komentar

 
Support Download CV
Copyright © 2011 Safira All Rights Reserved