UNAS JEMBATAN MENUJU MASA DEPAN

UNAS sudah di ambang pintu. Berbagai perasaan berkecamuk di hati siswa. Senang dan bahagia karena akan segera lulus dan dapat melanjutkan masa depan. Khawatir karena terbayang betapa sulitnya soal-soal UNAS yang akan dihadapi. Ternyata tidak hanya siswa yang tegang tetapi orang tua pun merasakan hal yang sama. Khawatir kalau putranya tidak lulus. Khawatir kalau nilai yang dicapai kurang memuaskan. Khawatir kalau putranya tidak dapat masuk PTN favorit yang diimpikan selama ini.
Tidak salah jika UNAS dikatakan sebagai jembatan menuju masa depan. UNAS adalah ujian terakhir yang harus dilalui siswa sebelum menuju gerbang kelulusan. Tanpa lulus siswa tidak dapat melanjutkan ke PT. Dengan kualitas soal yang tidak diragukan lagi diharapkan UNAS dapat mengukur kemampuan siswa dan lebih jauh lagi sebagai tolok ukur keberhasilan dunia pendidikan. Sangat wajar jika berbagai persiapan telah dilakukan dalam rangka menyongsong UNAS. Sekolah misalnya selalu memberikan pelajaran tambahan kepada siswa kelas XII, mengadakan try out, memberikan motivasi kalau perlu mendatangkan motivator, dan mengadakan istighozah (doa bersama). Demikian halnya siswa, bagi mereka yang berkantong tebal bisa mengikuti bimbingan belajar di luar sekolah, ada juga yang hanya mengikuti les privat untuk pelajaran tertentu yang dianggap sulit seperti matematika dan bahasa Inggris. Berbagai try out pun diikuti tujuan mereka tidak sekadar lulus UNAS tetapi dapat masuk PTN favorit. Bagi mereka yang tidak berduit cukup mengikuti pelajaran tambahan dan try out yang diadakan sekolah sambil belajar sendiri.
Siapa pun ingin lulus, bahkan setiap sekolah mencanangkan target lulus 100 %. Itu adalah harapan yang belum tentu sama dengan realita. Kalau melihat kelulusan tahun-tahun sebelumnya, tidak ada salahnya guru mempersiapkan mental siswa agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Misalnya siswa tidak melakukan tindakan anarkhis saat tidak lulus. Perlu ditanamkan bahwa tidak lulus bukan berarti akhir dari segalanya. Siswa dapat mengambil pelajaran kegagalan yang dialami. Anggap saja kegagalan sebagai keberhasilan yang tertunda. Dengan demikian siswa akan bersikap lapang dada seandainya mengalami kegagalan. dan masih tetap semangat untuk melanjutkan masa depan.
Untuk mencapai kelulusan hendaknya jangan menghalalkan segala cara tetapi harus dengan cara yang jujur. Sebagai contoh Bojonegoro, yang selalu mengikrarkan kejujuran menjelang UNAS yang dilakukan oleh perwakilan guru dan siswa se- Bojonegoro yang dilaksanakan pada tanggal 16 Januari 2010. Semangat kejujuran ini memang harus ditanamkan sejak dini agar siswa meraih prestasi dengan cara yang bersih, tidak menggantungkan diri pada teman, tidak mudah percaya atau tergoda oleh sms yang memberikan kunci jawaban. Padahal UNAS belum dimulai, berbagai kunci jawaban sudah beredar via sms.Inilah salah satu faktor yang menyebabkan siswa gagal dalam menjalankan UNAS.
Hendaknya siswa memiliki rasa percaya diri (PD) dalam menjalani UNAS. Berbagai persiapan telah dilakukan. Belajar selama tiga tahun adalah waktu yang cukup untuk persiapan menghadapi UNAS. UNAS tidak akan menyimpang dari SKL (standar kompetensi lulusan) yang diberikan kepada siswa kelas XII. Apalagi yang dibingungkan?. Soal boleh berbeda tetapi esensinya tetaplah sama. Yang juga merupakan faktor kegagalan siswa dalam UNAS adalah tidak adanya rasa PD, sehingga siswa meragukan jawabannya sendiri yang bisa jadi sudah benar dan justru bertanya pada teman yang jawabannya belum tentu benar. Jawaban diganti berkali-kali dari yang benar menjadi salah. Seandainya siswa mengerjakan soal dengan penuh PD dengan kemampuanya sendiri. Tidaklah sulit mendapatkan nilai 5,50. bahkan lebih dari itu pun bisa. Apalagi model soal pilihan ganda sangat membantu ingatan siswa dalam menentukan jawaban yang benar. Rasa PD ini perlu ditanamkan pada siswa sejak dini. Setiap guru sebelum mengajar atau di sela-sela mengajar bisa menjelaskan pentingnya sikap PD. Dengan doa bersama diharapkan dapat membangkitkan rasa PD siswa. Kalau sudah PD disertai persiapan yang matang serta doa maka akan jelas perbedaan jawaban yang benar dan yang salah. Apalagi dengan waktu dua jam untuk setiap mata pelajaran akan membuat siswa lebih tenang dalam mengerjakan soal.
Yang tidak boleh dilupakan juga adalah kesehatan siswa. Jangan sampai pada saat pelaksanaan UNAS siswa justru jatuh sakit karena kurang pandainya siswa dalam mengatur waktu.Sesibuk apapun kegiatan belajar siswa, makan harus tetap diperhatikan. Persiapan yang maksimal tidak ada gunanya kalau siswa dalam kondisi sakit.
Terlepas dari pro dan kontra tentang pelaksanaan UNAS, hendaknya kita menyongsong UNAS dengan persiapan yang matang. Ingatlah sebuat kata bijak bahwa usaha itu tegak lurus dengan hasil. Kalau usaha kita maksimal maka hasilnya pun akan maksimal. Jangan pernah menggantungkan masa depan pada keberuntungan. Raihlah keberhasilan dengan kerja keras dan doa. Untuk siswa kelas XII , selamat menyongsong UNAS semoga keberhasilan menyertai kalian. Amin.
Oleh: RetnoKurniawati, S.Pd.-Guru SMA Negeri 1 Padangan-Bojonegoro, Jatim
Share this article :

Posting Komentar

 
Support Download CV
Copyright © 2011 Safira All Rights Reserved